Minggu, 19 Juni 2016
SarKem Riwayatmu Kini
Hari jumat setiap minggu seperti biasa aku libur. Hari itu jumat 5-9-14 aku mau nyetting gambar kaos rock n roll di jalan mataram dan mampir ke kios temanku sebut saja Dab Pey. Kami ngobrol seputar aktivitas kami masing masing yang lama tak terdengar. "dro nanti maen kerumah ya, ngopi-ngopi sambil ngobrol. aku tutup kios dulu", ujarnya. "siappp ", jawabku. Singkat cerita setelah dia menutup kios kami berdua berangkat kerumahnya di sekitaran jogja barat.
Sesampai dirumahnya kami ngobrol seputar aktivitas kami masing masing yang lama tak terdengar. Dab Pey ngobrol sambil sesekali tangannya sibuk dengan smartphone. Dia menceritakan bagaimana anaknya yang nomer satu sudah bekerja, anaknya nomer dua yang sebentar lagi menginjak SMP dan bagaimana dia menjalani hidup sehari-hari. Setelah membalas bbm yang baru diterimanya, tiba-tiba dia berkata, " kita pindah nongkrong diangkringan aja pak", kata Dab Pey. "Yo ayo", jawabku. "Pake motorku aja pak, boncengan",ujarku. "nggak usah, pake motor masing-masing aja, nanti kamu kalo mau langsung pulang biar nggak usah nganterin lagi. Akhirnya kami pergi dengan membawa motor masing-masing.
Ketika tiba didepan angkringan aku berhenti dan dia berhenti didepanku sambil berkata : "Begini pak, kita sebenarnya nggak ke angkringan, itu cuma alasan aja biar aku aman keluar rumah. kita minum disarkem. nanti erik nyusul kesana". "Waduhh pikirku.., sarkemm!. ngerai lekk!!". Sementara aku masih ragu-ragu temanku berkata: "ya kalau ragu-ragu nggak usah ikut juga nggak apa-apa, aku berangkat sendiri", ujarnya. Setelah menimbang-nimbang aku berpikir, "woalah..sarkem ini, toh aku dulu juga berkeliaran disekitaran malioboro dan sekitarnya". "Yo wis, aku ikut pak Pingin lihat kaya apa sih sarkem sekarang", jawabku sambil menyetarter motor.
Kami berdua dengan motor masing-masing menyusuri jalan yang mulai sepi karena waktu sudah pukul 23.30 malam. Setibanya disana,motor kami parkir diarea parkir selatan stasiun dan kami menunggu teman kami yang belum datang. Tak berapa lama teman kami yang ditunggu- tunggu datang. Kami pun berjabat tangan dan setelah itu kami berempat menyeberangi jalan sarkem dan masuk gang. Beberapa meter masuk gang ada penjaga dengan kotak kas diatas meja berkata: "masuk per orang 2000 ..", ujarnya. Temanku yang terdepan pun membayar dan kami meneruskan langkah menyusuri lorong-lorong gang sempit.
Tempat yang kami kunjungi berupa rumah dengan 3 sofa dari kayu, 3 meja. Dipojok barat selatan terdapat meja dan etalase makanan minuman yang dijual mungkin juga sebagai bar konter(sepertinya ada meja dan tempat duduk juga disana, karena saya langsung duduk dan memperhatikan suasana). Diatas pojok ruangan terdapat televisi dengan dvd untuk karaoke. Ketika kami masuk keruangan sudah ada 2 meja terisi tamu. 1 meja yang terisi tersebut ditemani oleh 1 wanita . Temanku pergi ke bar konter dan memesan minuman. saya lihat temanku sambil memesan minuman dia bercanda canda dengan penjualnya yang sepertinya sudah saling kenal.
Sambil menunggu minuman kami bercerita. aku mendengarkan temanku menceritakan bagaimana erik dulu waktu masih "jaya". Kalo datang kesitu pasti Full servis. Baik minumannya maupun cewek-ceweknya.
Akhirnya minuman datang 1 Pitcher cocktail dengan campuran whisky, bir hitam dan kratingdaeng. Sebentar menikmati suguhan minuman dan lagu, temanku memutuskan untuk pindah tempat ke karaoke. Setelah membayar minuman dan makanan yang dipesan kami keluar dari rumah tadi dan kembali menyusuri gang kearah timur.
Tibalah kami ditempat yang dituju. Erik menemui seseorang yang sepetinya pengelola karaoke tersebut. Pengelola tersebut sangat ramah dan familiar dengan kedatangan kami. Dengan senyumnya yang lebar dia menjelaskan situasi saat itu. Karena room yang dipesan masih terisi kami dimohon menunggu sebentar dan dijanjikan akan ada satu kamar untuk kami berempat. Sambil menunggu kembali kami bercengkerama dan saya kembali memperhatikan suasana disekitar.
Gambaran sarkem yang dahulu penuh dengan rumah-rumah padat, kotor, kumuh, wanita penghibur yang STW(SeTengah tuWa), dan kamar berdindingkan tripleks untuk indehoi kini sudah berubah. Kini rumah rumah diarea sarkem sudah lebih bersih dan tertata rapi. sperti rumah karaoke yang saya datangi, didepan rumah terdapat 2 meja dengan 8 kapasitas tempat duduk. meja dan kursi tersebut bahkan terbuat dari stainless. Didalam ruangan terdapat konter bar dengan arsitektur minimalis. 3-4 wanita muda entah lc atau wanita "peneman" nampak duduk didepan bar konter tersebut. Disamping bar konter terdapat jalan menuju toilet. Kanan for man, kiri for ladies. Didalam rumah tersebut saya perkirakan ada 4 sampai 5 room karaoke.
Akhirnya room yang kami pesan kosong juga. kami menuju room karaoke tersebut yang letaknya paling ujung yang berdampingan dengan kitchen. Masuk keroom tersebut hawa sejuk dari air conditioner mulai terasa. Setelah dipersilahkan duduk LC menawarkan lagu apa yang diinginkan. Dia juga begitu ramah dan welcome dalam melayani lagu yang diinginkan, begitu juga dengan menyanyinya. Teman-temanku yang mungkin sudah terbiasa datang menyanyi dengan tak canggung-canggung mendendangkan lagu sambil meliuk liukan tubuhnya seirama lagu berjoget dengan sang LC. Sayangnya kebanyakan lagu yang dimainkan jenis lagu dangdut koplo atau pantura yang mungkin aku tidak begitu memahami. "Ayooo kak, jangan diam sajaa... mau nyanyi lagu apa saya temanin", kata wanita muda LC tersebut. "Ah, enggak ah. mohon maaf lagunya(dangdut) aku kurang tahu", jawabku. "Trus maunya lagu apa dong"' jawabnya. "Kalo ada musik rock aku mau"' jawabku. dia mengambil keyboard dan mencari lagu rock. suara musik dangdut sekejap berhenti, berganti dengan lengkingan senar dari gitaris slash mulai terdengar. Ternyata si LC tersebut memainkan lagu dari guns n roses dengan judul 'knockin heavens door'.
Akhirnya aku beranjak dari sofa dan mulai bernyanyi dengan ditemani LC tersebut. "mama take this badge from me.., i can used anymore, bla.. bla.. bla..". Karena aku merasa lumayan "gitting" aku menyanyi bagaikan vokalis guns n' roses (axl roses) dengan gaya yang meliuk liuk serta suara yang panjang. Selesai lagu tersebut dia memutarkan minuman yang ada kepada kami. Lagu kedua dipilihlah judul don't cry dan kembali aku bernyanyi hingga selesai.
Tak terasa 2 jam berlalu. Suara musik yang tadi hingar bingar menjadi sepi.Kami bercengkerama sambil tertawa-tawa tentang polah kita masing-masing. Pintu terbuka, pengelola karaoke tersebut datang ke room kami. "Gimana bosss.., tambah sejam lagi ya..", ujarnya. "Wah enggak ah, ni cuma pemanasan aja lama nggak datang kesini, lagian Bunga juga nggak ada sih", jawab temenku erik. "tuh minumannya masih ada. sejam lagi ya.., tuh si bunga udah free, nanti aku suruh kesini",katanya kepada teman saya erik (Bunga sepertinya LC yang menjadi primadona teman saya dan ceweknya memang bohai-red). Kemudian pengelola karaoke tersebut pergi keluar memanggil bunga.
Akhirnya bunga datang dan duduk disebelah erik dan pram sementara P. pey duduk leyeh-leyeh di dekat monitor LED. Aku masih ditempatku di pojok sofa sambil menyalakan rokokku.
"Tuh kak, mbak bunga udah datang, ayok.., katanya mau nyanyi lagi kalo ada mbak bunga", kata LC tersebut yang sepertinya masih yuniornya bunga. Akhirnya bunga mengambil keyboard dan memilih lagu yang akan dinyanyikan. Suasana kembali menjadi riuh dengan nyanyian dan goyangan dangdutt hingga akhirnya waktu berlalu. Woalah..
Tiga jam waktu berlalu akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi acara. Musik dimatikan dan pengelola datang membawa bill pengeluaran kami. Setelah bill diberikan dia meninggalkan ruangan. Kami berempat mulai berhitung dan temen saya erik bertugas mengurus pembayaran. Aku meninggalkan ruangan menuju toilet. Sekembalinya dari toilet didepan kamar karaoke P. Pey sudah bediri didepan pintu karaoke. "Gimana P. Pey, dah beres kan", tanyaku. "Beress". jawabnya. Kemudian erik dan pram serta kedua LC tadi juga keluar . Kami berpamitan dan berjalan keluar. Didepan rumah pengelola karaoke menyalami kami dan mengucapkan terimakasih sambil bersenda gurau. Kami meninggalkan rumah tersebut dan berjalan keluar menyusuri gang menuju area parkir stasiun. Kami mengambil motor masing-masing dan saling berpamitan
.
Dari kejadian malam itu pola pikir saya tentang sarkem yang kotor, kumuh, prostitusi lokal murahan mulai terabaikan. Ternyata sarkem juga mulai berbenah diri. Tiga pither cocktail lokal, 3 jam bernyanyi cukup membuat kami bergembira menemani malam hingga pagi itu. Walaupun ke sarkem yang imagenya adalah tempat prostitusi, bukan berarti kita harus "jajan" wanita penghibur. Semua tetap kembali ke mental manusianya. Anggap saja kita berwisata ke tempat heritage karena sarkem sendiri sudah ada sebelum tahun 1900 an. Semoga cerita ini bisa membuka pandangan kita tentang sarkem masa kini dan tiba saatnya aku untuk pulang pagi...

