Senin, 20 Juni 2016

Hobby Burung Berkicau Gara-gara nemu "Paijo dari langit.".

Ya "Paijo dari langit" burung murai blacktail pertama yang ku pelihara dirumah. Ceritanya ketika itu sekitar bulan desember 2013 ketika sedang membikin meja dari kayu untuk menambah fasilitas ttrotoar streetbar. Ketika hendak mengambil peralatan tukang didalam rumah,waktu memasuki halaman diatas spion motor astrea 87 ku nangkring burung warna hitam orange tampak celingak_celinguk kebingungan. Aku diam sejenak dan memutuskan untuk menangkapnya. Burung kuhalau dan terbang masuk kedalam rumah kemudian kututup semua pintu dan jendela sehingga singkat kata aku bisa menangkapnya.

Semalaman burung kutaruh dalam kardus indomie yang kulubangi hingga keesokan harinya aku belikan sangkar kotak sederhana untuk tempat tinggalnya. Karna mendapat burung murai di rumah maka kunamakan muraiku "Paijo Dari Langit". Nama paijo kuberikan karena burung ini adalah warisan asli nusantara yang merupakan ciri khas bangsa indonesia. Hari demi hari aku merawat burung murai dengan kebisaanku. Pagi burung kukeluarkan dari dalam rumah, kubersihkan kotorannya, kuberikan jangkrik dan ulat hongkong serta poor sebagai makanannya. Sore hari kuberikan makanan dan kumasukkan kedalam rumah kembali, hingga suatu hari...

"Paijo Dari Langit" nampak lemah didasar sangkar, kepalanya melintir-lintir badannya sempoyongan. Aku sangat bingung bagaimana cara menanganinya. dengan bantuan mbah google aku mencari informasi gejala penyakit tersebut. Dari data-data yang kukumpulkan kuambil rangkuman solusi obatnya vitamin B12 dan C yang dihaluskan dan diteteskan ke mulutnya. Tak lupa aku sholatkan hajat (sampai sampai sangkar burung kutaruh didepan tempatku bermunajab) dan memohon kepada Allah SWT agar burung murai pertamaku diberikan kesembuhan. Alhamdulillah setelah diteteskan obat burung mulai bisa berdiri walaupun terhuyung_huyung. Aku berikan jangkrik dan diapun mematuknya. kuberikan semau yang dia suka, beberapa jam kemudian burungpun mulai sehat kembali. Tetapi ternyata kejadian seperti diatas tidak berhenti sampai disitu. Setidaknya 2/3 kali "Paijo Dari Langit" mengalami sakit yang sama(tetelo/ayan) tetapi bersyukur dengan obat yang sama"Paijo Dari Langit"  sehat seperti sedia kala.

"Paijo dari Langit" Murai pertamaku
Hingga suatu hari aku dan keluargaku karena sudah berencana dengan naik kereta pergi ke depok jawa barat untuk silaturahmi ketempat ibu dan kakakku. "Paijo Dari Langit" kutitipkan kepada anak kos yang tinggal disebelahku. 3 hari aku tinggalkan murai tanpa perasaan was-was hingga suatu sore istriku ditelepon saudaranya bahwa kakak kandung istriku meninggal dunia. Liburan yang rencana tadinya seminggu berubah seketika. Sore itu juga istri dan anakku terkecil kembali ke jogja. Aku dan anak pertamaku menyusul keesokan harinya. Aku pulang kejogja tetapi tidak langsung kerumah tetapi langsung kerumah kakak istriku. Malam hari setelah pengajian aku teringat akan muraiku dan menelpon anak kos yang kutitipkan muraiku.

"Hallo.., Rip ini aku. Gimana burung murainya? Denger burung nya bunyi nggak?", tanyaku. "Anu pak..., kemaren burungnya seharian nggak mau makan..., trus tadi pagi burungnya.... m a t i ", jawabnya. Dhegg..., perasaanku tidak karuan, rasa sedih marah kecewa saling berkecamuk. Disaat itu aku melihat anak-anak dari kakak istriku yang telah meninggal. Mereka walaupun kehilangan ibu yang dicintainya tetapi tetap terlihat tegar. Dari situ aku jadi malu dengan keadaan diriku. "Ah, biarlah...,  kalau memang takdir juga mau diapa. Toh nanti aku juga bisa mencari burung yang lain", pikirku dalam hati.

Setelah acara lelayu di rumah kakak istriku selesai malam itu, keesokan harinya aku pulang sendiri duluan tanpa istri dan anakku. Aku langsung menuju ketempat sangkar murai digantungkan yang didalamya "Paijo Dari Langit" telah tiada. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku ucapkan terimakasih kepada anak kos yang sudah kutitipkan burung muraiku. Karena kegiatan dari memberi makan, membersihkan kotoran, memasukkan-mengeluarkan burung dari rumah, dan sepertinya ada keasikkan tersendiri dari memelihara burung kemaren maka Setelah mengubur murai aku pergi ke penjual burung tempatku membeli pakan burung. Aku melihat ada burung yang sudah berkicau, cucak wilis kata penjualnya. tanpa basa basi kutanyakan berapa harganya,kubayar dan kubawa pulang kerumah..

Setelah burung cucak wilis kupelihara berikutnya burung pleci juga ku beli, "Paijo Dari Langit" murai kesayanganku masih teringat dalam ingatanku dan dalam beberapa bulan kemudian 2 murai pengganti  "Paijo Dari Langit" juga kubeli walaupun dalam merawatnya tidak ada sebulan sudah mati. Burung Sulingan atau tledekan 2 ekor juga kumiliki karena belum bisa membeli murai, dikarenakan bentuk dan ocehannya mirip murai tapi mini he he(1 sulingan dicuri orang pada bulan puasa 2014 sesangkarnya). Ketika hari-hari pergi meninggalkan waktu, bulan oktober cucak wilisku meninggalkanku karena salah satu ruji sangkar patah tak terlihat olehku. Hingga kemudian sebagai penggantinya, dalam 3 bulan ini cucak ijo, kacer poci, Murai Borneo dan Murai Palangka juga alhamdulillah terbeli untuk mengisi hari-hariku..

 Aku pernah berpikir "mengapa kita diturunkan ke bumi oleh yang maha kuasa kebumi ini?. Menurutku tentu saja untuk bersyukur serta menjalankan kewajiban Nya sambil menikmati kehidupan itu sendiri dan bukan terjebak oleh rutinitas kita dalam hidup. Termasuk bagaimana kita menikmati keluarga, manusia, keindahan alam, hobby dan lainnya. Entah sampai kapan hobby ini akan berhenti dan terpenuhi. Terkadang dalam pikiranku ini tidak hanya sekedar hobby. Terbersit keinginan untuk memiliki murai dari seluruh nusantara pada suatu saat nanti. Ini adalah bagaimana kita melestarikan fauna dengan cara tersendiri. Harapannya tidak hanya sekedar jual -beli tetapi juga suatu apresiasi kepada seisi alam ini.;;.