Rabu, 24 Agustus 2016

HAPPY CRAZY

Pagi itu aku baru pulang setelah closing dan selagi masih antusias karena ada dua konsumen yang tadi sempat membuatku tersulut emosi untuk menjelaskan tentang idealisme dan aturan di trotoar streetbar yang mungkin tidak sesuai dengan ilmu perkuliahan yang dienyamnya maka ada baiknya aku ceritakan tentang sejarah mocktail Happy Crazy di Trotoar Street Bar.
 
Kala itu di tahun 2013. Beberapa bulan setelah  berkunjung ke trotoar street bar tiba tiba salah seorang trotoholic dengan background fakultas ekonomi dan bisnis(FEB) mengungkapkan  pertanyaan yang selama itu dipendamnya. Sambil memohon maaf sebelumnya dia memberanikan diri dan berkata :
"Sorry om, aku boleh bicara terus terang nggak', ujarnya.
"Boleh saja, memang kenapa?"jawabku.
"Enggak, dulu awal-awal waktu ketrotoar aku ngelihat om pedro kupikir gila. Sorry nih om yaa", ujarnya lagi.
"Loh, kok bisa dipikir aku gila memang kenapa?', tanyaku.
"Gini om. om pedro konsepnya bagus, bikin minumannya enak, Biasanya kuliner hari sabtu buka karena rame pengunjung, ini trotoar malah tutup mancing, harganya juga terjangkau. terus aku terapkan pake perhitungan manajemenku nggak ketemu juga, kok bisa ya", ujar trotoholic tadi.
 
Sambil tertawa akhirnya aku ceritakan bahwa tidak hanya dirinya yang menganggap aku gila, beberapa orang juga ada yang berpikiran sama, Sedikit sekali yang berani berterus terang, serta ada juga yang tidak berani menyampaikan tapi terlihat dari mimik dan raut wajah pembeli yang aku ajak bicara. Bisa jadi karena pembeli yang kuajak bicara tentang trotoar streetbar mendengar istilah dalam hospitality industri semisal: turn over, seating capacity, occupancy, prepare, after taste, long lasting, tanin, dan sebagainya yang (mungkin) mereka anggap aku yang hanya penjual di pinggir jalan sok sokan pake bahasa inggris segala padahal memang begitu istilahnya. Kemudian aku berikan jawaban dan alasan kepada trotoholic FEB tersebut yang kemudian mulai memahaminya.
Jumat Libur, mancing!
 Aku senang menjadi orang yang berbeda karena itu merupakan tantangan dan suatu kepuasan. Disaat orang membuka usaha kemudian di franchaiskan, aku malah menolak permintaan franchaise. Disaat orang menjual dengan harga tinggi aku menjual dengan harga terjangkau, disaat owner asik menikmati kopi dan membakar cigar lalu menyuruh karyawannya membersihkan halaman, aku asik menikmati rokokku sambil menyapu sendiri dan kemudian membakar sampahnya. Yeah, i'm crazy but i'm happy. Begitu lah gambaran hidupku yang tertuang dalam mocktail tersebut.yang kemudian menginspirasiku untuk membuat mocktail Happy Crazy.
Campuran minuman yang terbuat dari apel, kopi, yoghurt dan mint berasa"seperti aspirin", menurut salah satu trotoholic yang kini sudah menjadi dokter. Dan baru kemaren juga ada trotoholic di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam yang memberitahuku bahwa aspirin sifatnya sama seperti kopi dan garam. "Bisa mengobati penyakit meriang dan bersifat menenangkan", ujarnya. Entah suatu kebetulan atau tidak tapi ketika minuman tersebut aku rekomendasikan kepada customer yang sedang mengalami kegelisahan masalah hidup ternyata bisa menenangkannya. cocok dan menyukainya.
 
Crazy menurut kamus trotoar street bar tidak berarti sinting gila namun lebih bermakna unusual atau tidak biasa seperti orang lain kebanyakan dan juga bisa bermakna different atau berbeda. Maka dari itulah mocktail happy crazy menjadi filosofi, ciri khas dan penanda bahwa trotoar street bar memang beda..